Akhirnya gue ke bandung juga..

<div align="justify"><a href="http://images.google.co.id/images?q=tbn:LrcfyQBi1P7m4M:www.leksikon.org/images/alliansefri.jpg"><span style="font-family:arial;"><img alt="" border="0" src="http://images.google.co.id/images?q=tbn:LrcfyQBi1P7m4M:www.leksikon.org/images/alliansefri.jpg" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand" /></span></a><span style="font-family:arial;">Setelah melalui pembicaraan cukup matang tanggal 14 Januari diputuskan menjadi tanggal rencana pernikahan abang gue yang kedua..dia bakal nikah di Tasik, home land calon istrinya, maka untuk itu, kami, keluarganya tentu menyusun rencana rute keberangkatan dari masing - masing kota domisili kami .<br /><br /></div></span><div align="justify"><span style="font-family:arial;">Bila menurut rencana sebelumnya, ortu gue yang tinggal di Bandarlampung ingin ikut bareng saja dengan gue, karena awalnya mereka mengira bahwa suami gue bisa mendapatkan kendaraan dari Jakarta untuk bisa langsung menjemput mereka di Gambir dan langsung bisa melanjutkan perjalanan langsung menuju Tasik. Tapi ternyata rencana ini batal dilaksanakan, karena ternyata suami gue bisa mendapatkan pinjaman mobil justru dengan harus mengambilnya ke Bandung dulu. Maka dengan keadaan seperti ini rencana ortu gue berubah dengan meletakkan harapan kepada abang gue yang pertama agar bisa menjemput mereka dan baru melanjutkan perjalanan setelah sejenak beristirahat di rumah abang pertama gue, walaupun tidak sampai menginap, karena mereka mengejar waktu ke Tasik, agar bisa mempersiapkan keperluan acara sebaik mungkin.<br /><br /></div></span><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;">Di hari Kamis siang, setelah menghabiskan waktu sekitar 3 jam perjalanan dalam kereta, kami sampai di Bandung, Alhamdulillah teman suami gue yang akan mengatarkan mobil tersebut malah sudah sampai beberapa menit lebih awal sebelum kami menapakkan kaki di Stasiun Bandung. Dan selewat beberapa basa - basi dan aneka ria obrolan ringan, kami mengantarkan rekan tersebut ke tempat yang disepakati , untuk kemudian mobil tersebut diserahkan kepada kami, maka kamipun kemudian melanjutkan perjalanan menuju Jl.Tubagus Ismail, jalan dimana alamat teman tempat kami akan menginap berada. </span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span><br /></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;">Gue begitu menikmati perjalanan di kota Bandung , karena sebenarnya memang telah lama gue ingin datang ke Bandung lagi., yaaah namanya juga orang kelahiran Bandung, bagaimanapun dimanapun gue akan selalu merindukan untuk kembali ke kota kelahiran, dimana gue juga tinggal selama 23 tahun .</span><span style="font-family:arial;">Di sore hari kami disambut oleh hujan, ini kembali mengurungkan rencana semula kami untuk lanjut ke Tasik, mengingat dengan resiko didapat bila kami melanjutkan perjalanan sambil diguyur hujan, maka perjalanan kami ditunda sampai esok paginya. </span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span><br /></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;">Bagi kami yang sudah lama diungkep di Jakarta, temperatur Bandung waktu itu serasa membekukan jempol, alhasil sehari suntuk gue pake jaket n selimut, walau menurut Mas Aris, teman suami gue yang kamarnya jadi tempat kami nebeng, orang - orang Bandung sendiri malah sudah merasa kepanasan dengan suhu udara Bandung. Wah, mungkin mereka akan mensyukuri udara Bandung, kalau mereka lama tinggal di daerah panas seperti kami. </span><span style="font-family:arial;">Singkat cerita, acara abang gue di Tasik berjalan lancar, aman dan terkendali. Maka setelah acara selesai kami pun kembali ke Bandung Sabtu sore untuk berjalan - jalan sekeliling kota Bandung untuk sekedar napak tilas dikala kami masih pada sekolah. </span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span><br /></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;">Hari Minggu pagi gue awali dengan berjalan kaki sendiri kearah simpang Dago. Gue bukan sok mandiri atau sok single, yah karena belum pada bangun, gue pergi saja sendiri menghangatkan badan, sambil nengok kiri kanan lihat - lihat suasana yang mungkin saja ada yang baru selama gue belum ke Bandung lagi, karena siapa tahu ada yang asik bertambah di simpang Dago. </span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"><br /> </div></span><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;">Selepas mengitari Pasar Simpang, gue langsung berbalik untuk pulang ke rumah tebengan kami, karena walaupun sebenernya gue lapar dan ingin jajan dulu sambil nongkrong, gue rasa itu gak mungkin, mengingat kalo2 anak gue bangun n nyari gue, n juga daripada kalo - kalo gue kalo kelamaan nanti malah diomelin suami gue.. ya gue langsung pulang aja. Sesampai gue di rumah, ternyata keadaan belum berubah,masih pada bobok, dan sepi maka gue pun lega n istirohat sambil nonton tipi, dan lapar gue pun sudah hilang akibat kecapekan. </span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span><br /></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;">Di Bandung suami gue bertemu dengan 2 temen sma-nya yang pindah kerja dari Jakarta, maka suasana reuni SMA 1 Solo pun jadi terasa di Bandung kala itu, walau cuma dihadiri 3 anteknya...untungnya gue juga bisa dikit- dikit ikut menikmati suasana tawa, walau kadang gue gak ngerti dengan bahasa urdu mereka. </span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span><br /></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"><a href="http://www.antarin.net/images/gallerie/Bandung.villa_isolde.jpg"><img alt="" border="0" src="http://www.antarin.net/images/gallerie/Bandung.villa_isolde.jpg" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand" /></a></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;">Hari senin tanggal 16 Januari adalah hari terakhir kami bisa menikmati suasana Bandung, karena ya sampai tanggal itulah jatah cuti suami gue, dan kami akan kembali ke Jakarta pada malam itu. Hari itu diawali dengan mampirnya kami ke kantor rekan tempat kami meminjam mobil, dilanjutkan dengan makan siang untuk kemudian menghabiskan waktu sampai sore di daerah Setiabudi - Dago. </span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span><br /></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;">Perjalanan di Bandung selama 3 malem sebenernya belum terasa cukup bagi gue, karena sebenernya masih banyak daerah - daerah yang ingin gue kunjungin dan temen2 yang ingin gue dolanin, yaitu salah satunya adalah Nury, temen sekampus gue yang baru pulang haji hari Selasa,17 Januari, tapi apa boleh bikin, jadwal cuti suami gue sudah selesai, mudah - mudahan kelak gue punya kesempatan lagi untuk ke Bandung lagi, dan memenuhi harapan mengunjungi tempat - tempat dan teman - teman gue di Bandung, aaaammmiiiinnn.</span></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div>

Akhirnya gue ke bandung juga..

Setelah melalui pembicaraan cukup matang tanggal 14 Januari diputuskan menjadi tanggal rencana pernikahan abang gue yang kedua..dia bakal ni...

Read more »

baju baru gue

<div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> <span style="font-family: arial; font-size: 130%;"><img alt="http://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2012/08/16/79849/540x270/asal-muasal-tradisi-baju-baru-lebaran-indonesia.jpeg" class="decoded" height="200" src="http://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2012/08/16/79849/540x270/asal-muasal-tradisi-baju-baru-lebaran-indonesia.jpeg" width="400" /> </span></div> <blockquote class="tr_bq"> <span style="font-family: arial; font-size: 130%;">Dari sekitar 3 minggu lalu gue sudah ancang-ancang mo beli baju bakal ke nikahan abang gue tanggal 14 Januari. Untuk mengira-ngira model baju yang akan gue beli, gue berencana beli baju yang modelnya dah lama gue impikan,yaitu <b><i><span style="color: #6600cc;">model terusan</span></i></b>. Sejak lama gue memang ngimpiin baju terusan, yang terus terang gue dapatkan inspirasinya dari tayangan yang sering gue tonton, infotainment...Maka tentu saja orang- orang yang merupakan trend setter bagi gue adalah para artis atawa seleb. Model terusan itu gue anggap bagus, karena menurut gue potongannya cw banget, walopun tertutup hingga gak sok seksi tapi tetep tampak feminin.</span></blockquote> </div> <div align="justify"> <span style="font-family: arial; font-size: 130%;"><br /></span></div> <div align="justify"> <span style="font-family: Arial; font-size: 130%;"></span></div> <div align="justify"> <span style="font-family: arial; font-size: 130%;">Gue, suami dan anak gue dateng ke toko "M" untuk mencari baju yang cocok, sesampai disana kami mengalami pro kontra akan baju yang gue pilih. Suami gue beranggapan gue gak pantes dengan model baju yang gue pilih, padahal gue belum lagi mencobanya, dia beralasan karena kala gue menghadiri wisuda dia dgn baju terusan gue yang dulu ,gue tampak jelek, alias gak pantes, taelah, monyong banget nih orang. Maka untuk menghindari <b><i><span style="color: #ffcc99;">benih2 permusuhan</span></i></b> yang mungkin bisa mengakibatkan <b><i>perang bintang</i></b>, tanpa mencoba baju impian gue itu, gue kompromikan pilihan model baju dengan selera suami gue dengan mencari jenis baju model lain yang sekiranya dia setujui dan layak dipakai di sebuah perhelatan pernikahan. Maka tanpa lama- lama mencari gue ngedapetin model baju muslim yang modelnya sederhana tapi manis dengan beberapa rancangan modern pada potongannya, ditambah sedikit pernak-pernik payet di bagian lengan dan bawah sehingga bila dipakai gue gak kayak ibu2 pengajian majlis ta'lim Al-Anwar banget.<br /></span></div> <div align="justify"> <span style="font-family: Arial; font-size: 130%;"></span></div> <div align="justify"> <span style="font-family: arial; font-size: 130%;">Sesampai di rumah ternyata gue malah jadi merasa kurang puas, karena bagaimanapun gue masih ingin memiliki baju model terusan impian gue, apalagi belakangan nyokap gue meng-info-in bhw acara abang gue itu selain acara nikahan tgl 14, ternyata tgl 13 malemnya ada acara kumpul2 dulu, midodareni kata orang jawanya mah. Sebagai cewe, tentu saja gue pengen memakai baju yang berbeda pada 2 acara yang berbeda dunk.<br /></span></div> <div align="justify"> <span style="font-family: Arial; font-size: 130%;"></span></div> <div align="justify"> <span style="font-family: arial; font-size: 130%;">Maka pada minggu berikutnya gue minta anter lagi sama suami gue ke toko "M" tersebut untuk membeli baju terusan itu, untungnya untuk hal ini suami gue ngerti tentang psikologi cewe yang suka dandan, maka dia lsg nyanggupin aja untuk nganterin gw beli baju lagi,asyiiik. Eh, jangan buruk sangka dulu, dua baju itu gue beli pake tabungan gue sendiri dr sisa uang belanja bulanan selama berbulan - bulan lo...!<br /></span></div> <div align="justify"> <span style="font-family: Arial; font-size: 130%;"></span></div> <div align="justify"> <span style="font-family: arial; font-size: 130%;">Kali ini ternyata suami gue tidak memprotes lagi pilihan gue, mungkin karena dia lihat gue amat pengen baju model itu, sehingga dia merasa iba ya udah jadi pasrah aja dia dengan pilihan gue. Eh, rupanya kali ini suami gue malah jadi lsg menyetujui pilihan gue ini. Rupanya setelah ngeliat gue mencoba baju itu, ternyata hasilnya suami gue jadi seneng juga dengan model yang gue pilih karena tentunya terbukti tampak pantes di badan gue,hehehe,syukurlah,syukurlah... Dengan hati berbunga-bunga akhirnya gue nyari warna n ukuran yang kata suami gue paling pantes untuk gue, setelah ketemu dan ok, dibayar dan pulang deh dengan hati puassssss.<br /><br /><br /></span></div> <div align="justify"> <span style="font-family: Arial; font-size: 130%;"></span></div> <div align="justify"> <span style="font-family: arial; font-size: 130%;">Rupanya waktu dulu ketika gue pake terusan waktu wisuda dia yang suami gue bilang gak pantes, itu sebenernya akibat penjahit yang ngejahitinnya memang <span style="color: red;"><b><i>bego</i></b>,</span> masih pemula kali, maka dari model yang sebenernya diharapkan bisa menampilkan potongan yang pas di badan gue, malah mengakibatkan gue kelihatan <b><i><span style="color: #33ff33;">buncit</span></i></b> tanpa pinggang, monyong kan?! Makanya suami gue sempet jadi berkeyakinan bahwa gue gak bakal pantes pake baju model terusan. Malahan juga waktu gue mo ngebenerin tu baju ke penjahit laen yang sudah diyakini keahliannya dalam modiste, si penjahit ahli itu malah juga bilang kalo jahitan si penjahit bego itu <b><i><span style="color: yellow;">acakadut, pabaliut, brantakan</span></i></b> shg gak bisa dibagusin lagi, ya sudah, sehabis dipake di acara wisuda itu, baju itupun pensiun dini dan sekarang tauk deh ada dimana...<br /></span></div> <div align="justify"> <span style="font-family: Arial; font-size: 130%;"></span></div> <div align="justify"> <span style="font-family: arial; font-size: 130%;">Naaah, setelah 7 tahun berlalu akhirnya gue punya lagi deh baju terusan baru sesuai impian yang bakal gue pake di acara nikahan abang gue nanti, aih senengnyaaaa.;-)</span></div>

baju baru gue

Dari sekitar 3 minggu lalu gue sudah ancang-ancang mo beli baju bakal ke nikahan abang gue tanggal 14 Januari. Untuk mengira-ngira mode...

Read more »

mama jual rumah

<div align="justify"><a href="http://www.ia-bednbreakfast-inns.com/Rumah%20house.jpg"><img alt="" border="0" src="http://www.ia-bednbreakfast-inns.com/Rumah%20house.jpg" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand" /></a><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-family:lucida grande;font-size:180%;color:#ff9900;"><em><strong>S</strong></em></span>elepas pensiun tahun 1990, ortu gue membangun rumah di kota Bandar lampung dengan uang pesangon yang didapat dari perusahaan bokap gue. Arsitektur rumah bener-bener disesuaikan dengan selera nyokap, mulai dari susunan ruangan, luas per ruangan ampe furnitur yang digunakan. Dari sejak dibangun tahun 1992, akhirnya rumah gue di lampung siap huni pada tahun 1993, maka pindah deh ortu ke Tanjung karang.</span></div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;"></span> </div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Setelah lama menetap disana, rupanya ada suatu hal yang baru disadari oleh nyokap gue, yaitu luas bangunan <a href="http://koeaingpisan.blogspot.com">lama - lama </a>ternyata semakin dirasakan menjadi tidak cocok bagi ortu gue yang makin lama makin berumur, yang berarti berdaya tahan makin berkurang, contoh yang paling nyata adalah semakin terasa cepat lelahnya nyokap untuk membereskan rumah dengan luas bangunan 250 m persegi dan halaman 350 m persegi. Alhasil lama kelamaan pula ortu gue mulai kasak- kasuk untuk bisa menjual rumah tersebut agar bisa membeli rumah yang lebih kecil. Niat tersebut mulai diutarakan pada kami anak-anaknya sejak tahun 98-an, dan sejak saat itu ortu gue mulai minta tolong pada para handai taulan,tetangga - tetanggi, sodara - sodari untuk mencarikan calon pembeli rumah itu. Selama bertahun - tahun itu, ortu gue termasuk sulit mendaptkan peminat, dan selalu semua dikarenakan harga yang gak cucok dengan harapan. Tapi dengan keyakinan bahwa rejeki memang gak bakal kemana - mana kalo memang dah waktunya, kami tetep menunggu dan berusaha sambil berdoa agar kelak ada akan seseorang membeli rumah itu.</span></div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;"></span> </div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Sampai akhirnya ortu gue cerita bahwa sekitar bulan lalu mereka kedatangan 2 orang anak muda, menurut cerita nyokap mereka mengaku mencari rumah yang layak bagi orang tua mereka yang tinggal di daerah perkampungan Lampung, dimana mereka juga berharap bisa secepatnya mendapatkan rumah bagi ortu mereka. Kedua anak muda itu rupanya bagaikan durian matang yang diantarkan sudah dalam keadaan terkupas kedepan orang tua gue, karena kedua ortu gue tidak mendapat banyak permintaan negosiasi dari kedua orang itu untuk bisa membeli rumah itu.</span></div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;"></span> </div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Dengan berbagai perjanjian yang disepakati, akhirnya orang tua gue menyanggupi untuk menjual rumah itu kepada orang itu, yaitu agar mereka melunasi dahulu rumah baru yang akan ditempati ortu gue, barulah pelunasannya boleh dilakukan di akhir Januari, dengan catatan surat tanah tetep di tangan ortu selama mereka belum melunasi sisa harga rumah yang mereka beli.</span></div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;"></span> </div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Awalnya nyokap mau berrahasia ama gue soal cerita ini sampai kami bertemu tengah bulan ini, tapi alhamdulillah gue bisa merasakan hal itu sebelum mereka menceritakan hal indah itu. Semua bisa gue tebak dari pembicaraan telpon yang biasa gue lakukan seminggu sekali..hehheehe</span></div><div align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS;"></span> </div><div align="justify"></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Ahhh, alhamdulillah Allah mengabulkan doa kami, disaat kami memang butuh tambahan dana untuk nikah abang gue, Allah mendatangkan 2 anak muda yang berbakti pada ortunya untuk membantu kami, terima kasih Allah, engkau sungguh pengasih dan maha mengerti akan umatMu</span></div>

mama jual rumah

S elepas pensiun tahun 1990, ortu gue membangun rumah di kota Bandar lampung dengan uang pesangon yang didapat dari perusahaan bokap gue. Ar...

Read more »