Selepas pensiun tahun 1990, ortu gue membangun rumah di kota Bandar lampung dengan uang pesangon yang didapat dari perusahaan bokap gue. Arsitektur rumah bener-bener disesuaikan dengan selera nyokap, mulai dari susunan ruangan, luas per ruangan ampe furnitur yang digunakan. Dari sejak dibangun tahun 1992, akhirnya rumah gue di lampung siap huni pada tahun 1993, maka pindah deh ortu ke Tanjung karang.
Setelah lama menetap disana, rupanya ada suatu hal yang baru disadari oleh nyokap gue, yaitu luas bangunan lama - lama ternyata semakin dirasakan menjadi tidak cocok bagi ortu gue yang makin lama makin berumur, yang berarti berdaya tahan makin berkurang, contoh yang paling nyata adalah semakin terasa cepat lelahnya nyokap untuk membereskan rumah dengan luas bangunan 250 m persegi dan halaman 350 m persegi. Alhasil lama kelamaan pula ortu gue mulai kasak- kasuk untuk bisa menjual rumah tersebut agar bisa membeli rumah yang lebih kecil. Niat tersebut mulai diutarakan pada kami anak-anaknya sejak tahun 98-an, dan sejak saat itu ortu gue mulai minta tolong pada para handai taulan,tetangga - tetanggi, sodara - sodari untuk mencarikan calon pembeli rumah itu. Selama bertahun - tahun itu, ortu gue termasuk sulit mendaptkan peminat, dan selalu semua dikarenakan harga yang gak cucok dengan harapan. Tapi dengan keyakinan bahwa rejeki memang gak bakal kemana - mana kalo memang dah waktunya, kami tetep menunggu dan berusaha sambil berdoa agar kelak ada akan seseorang membeli rumah itu.
Sampai akhirnya ortu gue cerita bahwa sekitar bulan lalu mereka kedatangan 2 orang anak muda, menurut cerita nyokap mereka mengaku mencari rumah yang layak bagi orang tua mereka yang tinggal di daerah perkampungan Lampung, dimana mereka juga berharap bisa secepatnya mendapatkan rumah bagi ortu mereka. Kedua anak muda itu rupanya bagaikan durian matang yang diantarkan sudah dalam keadaan terkupas kedepan orang tua gue, karena kedua ortu gue tidak mendapat banyak permintaan negosiasi dari kedua orang itu untuk bisa membeli rumah itu.
Dengan berbagai perjanjian yang disepakati, akhirnya orang tua gue menyanggupi untuk menjual rumah itu kepada orang itu, yaitu agar mereka melunasi dahulu rumah baru yang akan ditempati ortu gue, barulah pelunasannya boleh dilakukan di akhir Januari, dengan catatan surat tanah tetep di tangan ortu selama mereka belum melunasi sisa harga rumah yang mereka beli.
Awalnya nyokap mau berrahasia ama gue soal cerita ini sampai kami bertemu tengah bulan ini, tapi alhamdulillah gue bisa merasakan hal itu sebelum mereka menceritakan hal indah itu. Semua bisa gue tebak dari pembicaraan telpon yang biasa gue lakukan seminggu sekali..hehheehe
Ahhh, alhamdulillah Allah mengabulkan doa kami, disaat kami memang butuh tambahan dana untuk nikah abang gue, Allah mendatangkan 2 anak muda yang berbakti pada ortunya untuk membantu kami, terima kasih Allah, engkau sungguh pengasih dan maha mengerti akan umatMu
asikkkkkk......sbg uang denger dan uang simpati, mauk doong di beliin IPOD NANO...hee..he...
ReplyDeleteanyway...Sang Maha Romantis tau bener memainkan jari-jari misteriusnya utk menolong hambanya...