Iklan,deterjen and rorombeheun gue

Sebagai ibu - ibu perum pensetel (pengurus rumah penonton setia televisi) yang baik, ada beberapa iklan tv yang aura mistisnya mempengaruhi naluri pembelanjaan gue, misalkan pada iklan make up, karena walaupun gue telah beranak, gue mau tetep berpenampilan mulus dan kece seperti para model, alhasil waktu pernah ada iklan yang menerangkan adanya sebuah produk kosmetik terkenal memberikan penawaran dengan harga yang terjangkau, ketika ke toko gue langsung beli tu barang dua biji, alhasil rasa pd gue terdongkrak kalo dah dandan memakai barang itu..

Di kesempatan lain, gue tertarik untuk mencoba suatu produk deterjen yang menjanjikan kemudahan dalam mencuci, dimana mereka mengklaim bahwa dengan memakai produk mereka konsumen tak perlu terlalu gigih mengucek atau menyikat kayak yang selalu gue lakukan saat mencuci,apalagi kalo ada noda susah. Yah walaopun dirumah ada mesin cuci, selain karena gue rasa kalo nyuci pake mesin rasanya kurang bersih, air yang terpakai lebih royal plus bayaran listrik yang lebih tinggi, maka mesin cuci hanya gue pake pada waktu pengeringan saja, biar gak usah ngotot meres cucian atu - atu. Alhasil disaat belanja bulanan, gue beli deh tu deterjen, n kagak nanggung nanggung, gue beli langsung yang ukuran satu kilo, dengan pemikiran dengan beli sekalian banyak justru jadi lebih praktis n hemat.

Sebenarnya deterjen itu gak bo'ong, gue memang gak usah terlalu pake emosi kalo ngucek r nyikat kalo ada noda susah, tapi sayangnya masalah justru muncul menghampiri tumit gue karena beberapa waktu kemudian perpecahan mendatangi tumit gue itu, garis demi garis tertera di tumit gue dan makin lama makin banyak n parah sehingga lama- lama tumit gue bagaikan tumit seorang pendekar yang rajin nyeker kemana- kemana demi menjaga kesehatan, belum lagi akhirnya perpecahan itu kemudian meluas ke bagian jari - jari. Gue jadi sadar bahwa ternyata deterjen yang gue pake itu ternyata berupa konsentrat yang bisa ngasih efek buruk n ngaco ke kulit. Berbagai cara banyak gue coba, dengan membeli berbagai produk yang menjanjikan kulit kaki kembali halus bagaikan sutra, atau gue juga sudah mencoba tips yang diberikan kakak ipar gue yaitu merendam kaki gue dua kali sehari dengan campuran air hangat dan betadine, tapi tidak ada yang suxes memperbaiki kulit tumit gue.

Didalam keputus asaan gue, gue teringat pada suatu (lagi - lagi) iklan suatu produk salep khusus tumit kaki, dimana yang gue tahu harganya memang agak mahal. Tapi gue pikir daripada kaki gue terus begini, mending kalo ada kesempatan ke toko, gue cari produk itu, siapa tahu mujarab. Dan alhamdulillah, kesempatan itu tidak berapa lama akhirnya datang, suami gue ngajak ke supermarket yang ada gerai obat yang gue cari itu. Maka sesampai disana sebelum acara belanja dimulai gue memaksa suami gue untuk mampir sejenak ke gerai tersebut.

Dari raut mukanya, gue tau kalo suami gue tidak begitu setuju dengan keinginan gue itu, karena beliau memang kurang percaya dengan propaganda iklan, tapi gue masa bodoh, toh ini demi penampilan kaki pada sang suami juga, ya kan?! Maka dengan memaksa juga gue minta tambahan dana pada suami gue untuk beli salep itu dengan alesan pinjem, maka tampak dengan berat hati suami meluluskan permintaan gue, dan gue pun dengan suka riang beli salep tersebut lengkap dengan sabunnya, biar pol,man.

Dengan rajinnya gue pake produk itu tiap abis mandi, pagi n sore, dengan semangat penuh asa untuk mengutuhkan kembali kulit telapak gue itu. Beberapa hari kemudian akhirnya hasilnya mulai tampak, hati gue berbunga - bunga mawar melati cempaka anggrek ketika melihat hasil salep itu ternyata perlahan - lahan memang bisa memperbaiki keutuhan kulit telapak kaki gue. Dengan hati puas pula gue memamerkan dampak positif pemakaian salep tersebut pada suami gue, dimana suami gue cuma berkomentar," oh, cocok ya?", idih, kata gue dalam ati, makanya kalo istri berusaha memperbaiki penampilan, suami dukung dong jangan malah mematikan motifasi.

Akhirnya setelah setahun gue berkaki kasar, sekarang kaki gue kembali cantik dan mulus, yah setidaknya itu menurut gue, dan sekarang gue gak usah merasa jadi si kaki berduri lagi alias berrorombeheun, cihuui. Tapi untuk sang deterjen pembawa petaka, maaf saja kalo gue dah patah arang ama tu deterjen, gue gak bakal pake lagi!!