Untuk memenuhi kesenangan anak gue, selain supaya libur 4 hari sejak tanggal 30 Maret ampe tanggal 2 april gak teramat garinx, hari Sabtu tanggal 1 April gue bertiga pergi ke Dufan, dimana selama 5 tahun gue pindah ke Jakarta, baru sekali ini gue ke Dufan lagi setelah sebelumnya gue pernah juga kesitu waktu Field Trip 10 tahun lalu ama temen n dosen jurusan. Yah, kami kesana untuk refreshing jugalah, ke tempat yang rada jauh "dikit" dari kebon jeruk.
Awal masuk melewati gerbang, kami dihadang sebongkah caroussel besar, dengan kapasitas 40 ekor kuda. Karena anak kami berminat untuk berkuda, kamipun lagi - lagi mengantri, dimana untuk mendapat bagian naek si poni kami musti mempersilahkan 4 kloter @ 5 menit isi sekitar 60 joki plus pengiring, untuk naek duluan.
Sehabis berpacu kuda kayu, kami maen ombang-ombang yang kecepatannya paling hanya 0,00005 knot perhour, maklum ini kan di danau buatan, tepatnya kolam besar, bukan selat madura, sayangnya ini adalah wahana yang rada matre, karena untuk naek sekitar 5 menit kami harus bayar untuk koin seharga ceban. Disini anak gue berperan sebagai nahkoda, gue abk, suami gue tukang tembak mitraliur, walau sayang tidak ada yang berhasil tertembak.
Perjalanan dilanjutkan menuju wahana bianglala, wahana ini mungkin tepatnya bisa juga disebut kincir air, karena toh wahana ini berbentuk bundar dengan banyak tempat duduk, bukan seperti bianglala yang setengah lingkaran. Dan aksi pengantrean kembali kami jalani, juga harus tabah dan sabar, apalagi ketika setengah jalan mengantri anak gue malah mau pipis, terpaksa sebagian daerah berumput di dekat barisan antrean mendapatkan siraman urea dari anak gue, ya daripada nyari2 wc man, keblinger nanti n percuma aja dah mati2an antri untuk naek bianglala.
Selepas bianglala, kami merajinkan diri antre untuk nyobain wahana yang katanya fresh new, meteor attack, dimana disini ketabahan kami mengantri benar - benar diuji untuk bisa sekedar masuk ke semacam gedung bioskop untuk diputar, digoncang - goncang, ditarik ke belakang dan lain - lain diatas kursi sambil nonton perang meteor, serasa jadi kru kapal star trek yang menghadapi serangan alien yang nangkring diatas meteor. Disini gue sempet khawatir anak gue mabok or ketakutan waktu pertempuran berlangsung, tapi untungnya nggak, dia malah ketawa2 atau sok ikut-ikutan menjerit seperti pemirsa lainnya.
Sehabis mendarat dari pesawat tempur, kamipun jadi merasa kelaparan, maka bekal nasi plus bandeng presto bekal kami dari rumahpun diganyang rame - rame ber3. Maklum, demi mengantisipasi kelaparan dimana untuk jajan di lokasi harga yang diberikan pasti akan 3,8 kali lipat harga makanan bila buat sendiri, sejak pagi gue dah masak sekedarnya bekal dengan menu seperti yg disebutkan diatas.
Sekenyangnya kami, kami sempat mengingat tuhan dengan sholat dzuhur plus jama'in ashar, sambil istirahat di mushola, dimana sesudahnya kami nyobain naek balon race. Disini terjadilah hal yang memalukan, dimana lantaran sama - sama duduk membelakangi arah putaran, gue n suami jadi mabok, nyaris muntah, n fokus mata jadi gak bisa ke satu titik, kacau dah... Karenanya untuk menyelamatkan isi perut agar tak bubar keluar, kami terpaksa melanggar niat untuk tidak jajan dengan membeli mie seduh, dan ternyata memang lumayan, kocokan yang terasa di perut berkurang setelah dapet kuah panas dgn rasa yg rada pedes. Dan untuk juga menenangkan hati dan pikiran yang diaduk - aduk si balon, kami biarkan dulu si anak maen di kolam bola, sementara kami berdua duduk linglung menerawang.
Perjalanan wisata kami teruskan ke daerah pemicu ketegangan, kora - kora, suami n anak gue duduk anak gue duduk paling depan, sedangkan gue duduk di kursi berikutnya, gue sempet khawatir lagi anak gue bakal ketakutan, tapi ternyata lagi - lagi hal itu terbantahkan, bahwa dia ternyata malah cekikikan.
Ada satu kesalahan lagi yang kami lakukan dalam perjalanan wisata ini yaitu karena sesudah makan mie, kami malah iseng memasuki rango-rango, rumah miring, karena dengan keadaan rumah, lantai, dinding, bahkan furnitur yang dibuat miring, mie yang tadi jadi penawar pusing malah hampir keluar lagi gara - gara suasana serba miring itu kembali mengacaukan fokus kami, mengocok otak untuk memualkan perut. Uh, untung kami berhasil keluar dengan selamat, tanpa memalukan diri sendiri dengan muntah.
Perjalanan ditutup dengan berbasah - ria di arung jeram, anak gue yang hampir tidur jadi melek kembali setelah diguyur air dalam perahu karet, wahana ini menjadi pilihan kami terakhir karena sayangnya waktu mau dicoba, wahana niagara- gara sedang rusak , maka kami gak bisa deh meluncur mengerikan dari ketinggian 30 meter untuk kemudian berbasah ria. Kami juga sayangnya gak sempet naik halilintar, karena selain udah sore, antrenya masih minta ampun, dimana kami gak mau pulang kemalaman, bisa - bisa sampe rumah semua malah masuk angin.
Sesudah mengganti pakaian anak gue, kami pun pulang dengan membawa kaki pegal diatas motor bebek kesayangan walau sebenarnya masih banyak wahana yang blm kebagian kami tumpangin, tapi hari dah menunujukkan jam 17 euy! Yah, walaupun berkesan jadi ortu yang masa kecilnya kurang bermain, paling nggak kami bisa penyegaran rohani lah dengan maen ke DUFAN..
Ya ampun ceu, waktu berangkat makan dulu juga dong, pake mabok segala..
ReplyDelete